Suatu hari si A jatuh sakit berat dan sudah dalam keadaan kritis. Temannya si C menjenguknya. Dengan hati-hati ia berkata, “Hai teman, takutlah kepada Allah. Berdamailah dengan si B yang masih sangat menyayangimu.” Tetapi ia tetap keras kepala. Merasa putus asa tidak berhasil membujuknya, si C lalu pamit pulang. Belum sampai melewati pintu, mendadak ia mendengar teriakan maut. Semoga Allah melindungi kita dari akhir kehidupan yang buruk seperti itu.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Salim, dari Abdullah bahwa ia berkata, “Nabi seringkali bersumpah dengan menggunakan kalimat, ‘Demi Allah yang membolak-balikan hati.’”
Artinya, demikian cepat Allah kuasa membalikkan dan mengubah berbagai perasaan hati, secepat angin yang bertiup kencang.
Disebutkan dalam Al-Qur’an,
Kata Mujahid, maksudnya ialah sesungguhnya Allah menghalangi antara seseorang dan akalnya sehingga ia tidak tahu lagi apa yang sedang dilakukannya.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati.” (QS. Qaaf: 37)
Yang dimaksud ialah hati. Menurut penafsir ath-Thabari, ayat tersebut merupakan kabar dari Allah bahwa sebagai Tuhan yang menguasai hati semua hamba, Allah bisa membuat dinding pembatas antara mereka dan hatinya jika Dia mau. Sehingga, siapa pun tidak akan sanggup memahami apa saja tanpa kehendak Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung.
Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya ra., berkata, “Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.’ Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan emnggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang marasa ketakutan?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal membalikkannya begitu saja.’”
Kata para ulama, sepanjang yang memberikan hidayah atau petunjuk adalah Allah, sepanjang sikap istiqamah itu tergantung pada kehendak Allah, sepanjang akibat yang terjadi tidak ada yang sanggup mengetahui selain Allah, dan sepanjang keinginan Allah adalah segalanya, maka kamu jangan keburu mengagumi imanmu, shalatmu, puasamu, amal-amalmu yang lain, dan seluruh pengorbananmu. kendatipun secara lahiriah itu adalah hasil dari jerih payahmu, tetapi pada hakekatnya Tuhanmulah yang menciptakannya. Dengan kata lain, kamu bisa melakukan semua itu semata-mata adalah karena karunia-Nya.
suka artikel ni walau pun ianya dicopy lalu dpaste. kesimpulannya kita tak boleh merasa bongkak dengan amalan kita kerana sesuatu kebaikan hanya dapat kita lakukan dengan hidayah dari Allah..Tanpa hidayah darinya kita akan sesat....
ReplyDelete